BETULKAH MERINTIS BISNIS PROPERTI SEBAGAI PENGEMBANG BENAR-BENAR GAMPANG??? Silahkan simak jawabannya disini : http://bukupengembangproperti.blogspot.com/2012/03/merintis-bisnis-properti-sebagai.html

Cari Artikel Menarik Disini

Rabu, 07 September 2016

TAK SEMUA EKSEKUSI LAHAN BERAKHIR DENGAN MANIS

GARA GARA ANDA,
ANAK SAYA GAGAL JADI PILOT


Pak AW, apa semua aktivitas berburu lahan yang bapak lakukan selalu berakhir dengan manis? Bisa menggandeng MPT (Mitra Pemilik Tanah) dalam sebuah transaksi hotdeal, dan berhasil mendapatkan MPM (Mitra Pemilik Modal) yang bersedia membiayai proyek tersebut?

"Ya jelas tidak. Yang pahit juga ada koq. Gak berhasil eksekusi bahkan rugi puluhan juta Rupiah."

Kenapa pak AW gak pernah ceritakan dalam artikel artikel yang bapak tulis? Apa sengaja ditutupi biar tidak melemahkan mental kami?

"Hahaa, bukan begitulah. Mau tahu kisahnya? Boleh saja. Siapkan tissue basah anda, jangan berlinang air mata. Saya tak butuh belas kasihan, yang penting anda mendapat pelajaran. Oke siap?"

Ceritanya saya berhasil deal lahan seluas 800 m2 di lokasi yang bagus sekali, di daerah Mantrijeron Yogya. Harga total 3,2 milyar, cukup bayar DP 400 juta saja maka lahan miliknya bisa saya kuasai dalam durasi 24 bulan kedepan. Maknyus.

Sudah saya bayar tanda jadi Rp 10 juta, dan diikat dalam sebuah Surat Kesepakatan Bersama. Langsung saya buat gambar perencanaannya, mulai dari denah tampak, 3D, video animasi outdoor dan indoor. Komplit deh. Biayanya kalau dihitung hampir 15 jutaan.

Kemudian saya buatkan Business Plan dengan bunyi keyword seperti ini ; "Dibutuhkan pemodal dengan investasi sebesar 1,5 M dengan bagian potensi laba 1,2 M dalam waktu 21 bulan, dan modal kembali diestimasi bulan ke 18."

Saya jajakan Business Plan tersebut ke beberapa calon investor, dan kebetulan langsung ada yang menyambar. Mantap! Dia berkomitmen siap membiayai proyek tersebut. Sebagai bukti keseriusan, investor tersebut sudah bersedia diajak mendirikan PT dimana biaya pendirian senilai Rp10,5 juta dia yang membayar.

Segera saya lakukan tahapan selanjutnya yaitu melakukan sosialisasi warga. Habis biaya sekitar Rp 20 jutaan juga, dengan output sebuah Berita Acara Sosialisasi yang ditanda tangani 20 warga sekitarnya, pak RT, pak RW dan pak Dukuh. Mereka welcome dan tidak menolak rencana pembangunan kami.

H-3 menjelang transaksi di Notaris, pemilik tanah sudah menyerahkan SHM asli ke notaris untuk dicek keabsahannya, dan sayapun mengontak calon investor untuk segera mengirim kewajibannya menyetor modal tahap awal sebesar Rp 500 juta dulu.

Alamaaak, investornya ternyata membatalkan rencananya. Konon dananya masih keblokir dan butuh waktu cukup lama. Seberapa lama? Hanya menunda atau memang batal? Dengan tersipu malu dan bahasa diplomatis calon investor mengatakan mungkin dicarikan dulu saja investor yang lain. Bagi saya, itu isyarat batal tapi secara terhormat.

Duh, waktunya tinggal 3 hari. Sempat saya carikan investor pengganti, ada yang berminat tapi baru sempat survei minggu depan karena sedang sibuk. Saya hubungi pemilik tanah minta diundur lagi barang 2 minggu. Dianya malah marah.

Saya pikir dia sekedar marah di gagang telepon. Eh rupanya dia malah datang ke kantor pakai celana pendek dan memarahi saya. Dia marah karena begitu berharap terima DP 400 juta dari saya, yang akan dipergunakan untuk membayar sekolah pilot anaknya. Deadline nya 2 hari sejak tanggal transaksi yang telah kami sepakati. Kata pemilik tanah, gara-gara saya anaknya gagal jadi pilot. Dia menyalahkan saya yang wanprestasi.

Saya dimarahi tapi tidak takut dan malah senyum senyum. Lha mau gimana lagi? Saya juga rugi koq. Uang tanda jadi hangus, biaya desain menguap, biaya sosialisasi tak mungkin ditarik balik. Uang hilangnya kisaran 45 juta, dan saya ikhlaskan sebagai resiko yang harus saya tanggung. Pemilik tanah memang kecewa karena tak punya uang untuk membayar sekolah pilot anaknya. Tapi itu urusan dia sebagai bapaknya.

Sobat properti, cerita diatas kisah nyata, bukan fiktif. Mungkin angka angkanya yang beda karena saya sudah agak lupa. Kisah diatas menunjukkan kepada saya bahwa setiap usaha pasti ada resikonya. Saya tak pernah mengatakan bisa mengajarkan kepada anda untuk jadi pengembang tanpa modal. Mana ada bisnis properti tanpa modal? Saya lebih senang menyebutnya sebagai Bisnis Properti Dengan Modal Recehan.

Jika saya berhasil mendapatkan pemodal, maka semua pengeluaran diatas boleh direimburse dan saya mendapat ganti. Jika gagal menggandeng pemodal, ya begitulah, gigit jari.

Apakah anda terharu? Apakah anda meneteskan air mata? Cengeng loe. Saya yang hilang duit puluhan juta saja tetap bersemangat menjemput opportunity selanjutnya. Ayo ayo, berburu lahan lagi, ngemprut lagi.

2 komentar:

  1. Salut pak Ari saya bisa ambil pelajaran. Cah ngaran

    BalasHapus
  2. Sipp...pak Ari. Sharing nya sngat bermanfaat. Kapan2 ikut kelasnya suhu ah...*Cah Ngaran*

    BalasHapus

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

ShareThis