BETULKAH MERINTIS BISNIS PROPERTI SEBAGAI PENGEMBANG BENAR-BENAR GAMPANG??? Silahkan simak jawabannya disini : http://bukupengembangproperti.blogspot.com/2012/03/merintis-bisnis-properti-sebagai.html

Cari Artikel Menarik Disini

Selasa, 21 Juli 2015

SEORANG SALES HARUS PANTANG MENYERAH

TERSENYUMLAH PADAKU, TITIN


Waktu saya masih kelas 3 SMP dulu, saya naksir seorang cewek yang potongan rambutnya mirip Lady Diana. Dia adalah cewek dari sekolah lain yang sering saya jumpai tiap pagi saat mau berangkat sekolah. Saya sekolah di SMPN 12 Srondol Wetan Semarang, dan cewek tersebut dari badge di lengannya saya ketahui bersekolah di SMP Persit KCK (Kartika Candra Kirana) Srondol Kulon Semarang.

Kebetulan kami sering berpapasan tiap pagi. Dia  berjalan dari selatan menuju utara, dan saya berjalan dari utara menuju selatan. Spot perjumpaan biasanya di area yang sekarang sudah jadi jalan tol Srondol - Jatingaleh. Setiap berpapasan saya selalu meliriknya dengan hati berdebar. Ohhhh, betapa indahnya ciptaanMu ya Allah ..., membuat hatiku terguncang hebat.

Wajahnya manis, kulitnya putih bersih, bibirnya merah merekah, tubuhnya tinggi semampai, dan rambutnya ala Lady Diana. Potongan seperti itu memang sangat ngetrend di jamannya. Yang masih saya ingat, cewek yang saya taksir itu memakai sepatu merk Warrior. Sepatu gaul di jaman itu.

Saya penasaran dan ingin tahu sekali siapa nama cewek itu dan dimana rumahnya. Saya sengaja berangkat sekolah lebih pagi supaya bisa bertemu bukan ditengah-tengah tetapi lebih ke selatan mendekati rumahnya. Saya tekuni hampir 2 minggu, akhirnya saya tahu dimana rumah cewek tersebut. Rumahnya hanya 300 m dari sekolah saya di SMPN 12.

Hmm, saya lakukan investigasi, bertanya kepada tetangga kanan kiri. Saya diberitahu namanya Titin H (namanya masih saya hafal, cuma tak enak jika disebut lengkap), kelas 2B di SMP Persit. Yess!!! Senang banget bisa tahu nama cewek yang saya taksir tersebut.

Esoknya saya makin ngebet bertemu dia. Saat dijalan berpapasan seperti biasanya, saya sengaja berjalan agak mendekat supaya bisa memberikan senyum kepadanya. Titin melihat saya tersenyum, tapi ekspresinya datar-datar saja.

Mungkin senyum saya kurang manis. Esoknya saya ulangi lagi (paginya gosok gigi 2x), ehh tetap saja Titin tanpa ekspresi. Saya tak mau menyerah, dan akan mencoba cara lain.

Esoknya saya sengaja berangkat sekolah bareng seorang teman, supaya lebih pede. Saat berpapasan dengan Titin dijalan, saya menyapanya; "Met pagi Titin ...." Dia menoleh, mukanya terkejut saat saya bisa menyebut namanya. Tapi tetap saja Titin tidak mau tersenyum. Hati saya makin nggonduk (saya tidak tahu translate bahasa Indonesianya). Ini cewek dingin amat ya. Padahal hati saya sudah terkiung-kiung dan naksir berat sama cewek ini.

Saya tak mau menyerah. Meski senyuman saya tak pernah dibalas, meski ucapan selamat pagi saya cuma dicuekin, tapi saya sungguh ingin melihat Titin tersenyum. Saya kemudian nitip salam buat Titin lewat tetangga saya yang ternyata satu sekolahan dengan Titin. ""Eh, sampaikan ke Titin dapat salam dariku ya, Ari Wibowo, yang sering menyapanya di jalan Durian."

Semesta ternyata tidak bersahabat denganku. Kawan datang membawa berita bahwa salam sudah disampaikan kepada Titin, tapi tak ada salam balik dari Titin buatku. Malah Titin berkata demikian: "Oh, cowok kurang ajar itu namanya Ari tho? Dan dia tetanggamu ..." Sialan, saya menyapanya dengan suara terindah dan senyum termanis tapi dibilang kurang ajar.

Saya tetap naksir Titin. Dan saya belum menyerah.

Suatu ketika, saya membaca sebuah novel karya Mira W berjudul Dari Jendela SMP dengan tokohnya bernama Joko dan Wulan. So sweet, kisah percintaan remaja SMP yang diceritakan secara renyah dan membuat api romantisme di dada saya makin menyala-nyala. Saya ingin ada kisah percintaan yang lebih indah dibanding Joko dan Wulan, dimana tokohnya itu bernama Ari dan Titin.

Entah darimana datangnya keberanian itu, mendadak saya berani menulis surat cinta kepada Titin. Sepertinya terinspirasi dari novel percintaan remaja yang saya baca itu. Saya tulis kalimat singkat ; "I love you Titin. I want to make you be my girl friend." Saya masukkan amplop warna pink dan saya titipkan ke tetangga yang satu sekolah dengan Titin.

Dua hari berlalu, saya baru bisa bertemu dengan tetangga saya. Tak sabar saya menanyakan respon Titin atas surat cinta saya. Eh dia menyerahkan sobekan kertas kecil yang dilipat dan tanpa amplop. Saya buka isinya, tertulis 2 huruf kapital berbunyi "NO". Sungguh dunia menjadi gelap gulita, dan mata berkunang-kunang. Titin menolak cinta saya.

Sobat properti, anda boleh mentertawakan penolakan Titin atas ungkapan cinta saya dalam kisah diatas. Tapi saya juga ingin memberikan pelajaran kepada anda tentang sebuah mentalitas PANTANG MENYERAH yang harus ditanamkan kepada sales anda. Bahwa jangan pernah berhenti berusaha memburu konsumen sampai dengan terjadinya closing.

Lihatlah value pantang menyerah yang saya miliki. Saat senyum saya tidak dibalas, saat ucapan selamat pagi saya tidak direspon, dan saat salam dari saya tidak ditanggapi, apakah saya menyerah? Tidak!!! Saya maju terus. Bahkan sekalipun saya disebut cowok kurang ajar, itu semua tak mampu membendung hasrat saya untuk mengungkapkan cinta kepada Titin.Saya baru berhenti mengejar cinta Titin saat surat cinta saya dibalas dengan kata "NO". Buat saya itu sudah final dan berkekuatan hukum tetap. Itu sudah closing.

Closing tak selalu berarti seorang sales berhasil menjual produknya kepada konsumen. Closing juga bisa diartikan bahwa justru konsumen yang berhasil menjual alasannya kepada sales. Itulah CLOSING. Seorang sales yang baik harus terus memburu prospeknya sampai ada kepastian siapa yang berhasil closing. 

Sales yang tangguh tidak akan mundur ketika dijawab ketus oleh konsumennya saat minta waktu untuk bertemu. Sales itu akan berpikir bahwa mungkin konsumennya sedang mengikuti rapat sehingga tidak mau diganggu. Sales jenis ini akan menghubungi lagi di lain waktu, dengan tujuan yang sama yaitu meminta waktu untuk bertemu dan melakukan presentasi.

Sales yang tangguh tidak akan mundur ketika konsumen menyebut harga produk yang dijual kemahalan. Sales jenis ini akan menghubungi bosnya dan minta diberikan diskon khusus, yang bisa disampaikannya lagi kepada konsumen.

Sales yang tangguh tidak akan mundur ketika konsumennya menyebut bahwa istrinya masih ragu-ragu membeli produk yang ditawarkan. Sales jenis ini akan berusaha datang ke rumah konsumen dan menemui istrinya yang masih ragu-ragu.

Sudahkah anda menanamkan mentalitas "always be closing" kepada sales anda? Sebelum konsumen mengeluarkan statement bahwa dia tidak mau membeli produk anda, jangan pernah menyerah. Kejar terus, usaha teruuus, seperti usaha saya mengejar cinta Titin dalam kisah diatas. 

Sales bermental tempe gembus mungkin langsung ciut nyali saat konsumen menjawab dengan ketus saat dimintai waktu untuk bertemu. Dan kemudian mengambil kesimpulan sendiri bahwa konsumen tersebut tak mau membeli produk anda. Padahal mungkin itu hanya timing yang tidak pas saja saat menelepon. Seharusnya harus mencoba ulang meminta waktu untuk bertemu.

Semoga kisah penolakan Titin atas cinta saya bisa memberikan inspirasi kepada sales-sales anda, bahwa pantang berhenti berjuang ditengah jalan. Seperti saya yang baru berhenti berjuang mengejar cinta Titin setelah dapat balasan surat bertuliskan "NO". Siapa tahu usaha gigih sales anda berakhir dengan kalimat "YESS!! CLOSING."


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

ShareThis