BETULKAH MERINTIS BISNIS PROPERTI SEBAGAI PENGEMBANG BENAR-BENAR GAMPANG??? Silahkan simak jawabannya disini : http://bukupengembangproperti.blogspot.com/2012/03/merintis-bisnis-properti-sebagai.html

Cari Artikel Menarik Disini

Minggu, 16 Maret 2014

KEREN !!! SAMSOENG MERILIS GADGET TANPA BATERAI

PRICING STRATEGY


Bukan rahasia lagi bahwa bagi para pengguna gadget, urusan baterai adalah sesuatu yang menjengkelkan. Baterai-baterai yang beredar di pasaran sekarang dan satu paket dengan gadget yang dijual seringkali tak punya daya tahan yang cukup untuk digunakan. Hanya bisa bertahan kisaran 6 - 10 jam saat masih baru, dan kisaran 2 - 4 jam jika baterainya sudah ratusan kali di-charge.

Banyak pengguna gadget yang berharap pabrikan seperti Samsoeng mengoptimalkan divisi research dan development-nya guna menemukan teknologi baterai yang durasinya bisa mencapai 24 jam atau bahkan lebih.

Samsoeng menjawab kerinduan itu bukan dengan merilis teknologi baterai berdurasi panjang, tetapi justru memberikan kabar istimewa dengan merilis penjualan gadget tanpa baterai. Hebatnya lagi, semua produknya akan diberlakukan penjualan gadget tanpa baterai ini.

Misalnya untuk Samsoeng Galaxy Mega yang biasanya dijual seharga Rp 4.150.000, saat ini dijual seharga Rp 3.800.000 tanpa baterai. Samsoeng Galaxy Core yang semula dijual seharga Rp 2.550.000, saat ini dijual Rp 2.225.000 tanpa baterai. Dengan penjualan tanpa baterai ini, tentu saja gadget baru yang dibeli belum bisa dipergunakan sebelum dilengkapi dengan baterai yang dijual terpisah.

Samsoeng menjualnya secara terpisah, dimana baterai untuk type Mega dijual seharga Rp 350.000 dan baterai untuk type Core dijual seharga Rp 325.000.

Saya menduga bakal banyak konsumen yang merasa kecewa dengan kebijakan menjual gadget tanpa baterai ini, karena hakekatnya adalah sama saja. Malah lebih menguntungkan dijual blended dalam 1 paket karena tak perlu repot-repot membeli secara terpisah.

Hehehe... itu hanya humor. Semoga pabrikan Samsung tidak melaporkan saya untuk kasus pencemaran nama baik, karena yang saya kisahkan diatas adalah Samsoeng, bukan Samsung.

Sobat properti, seseorang bertanya kepada saya; Mana lebih baik mencantumkan harga jual tanpa PPN di pricelist supaya terkesan murah, atau langsung menambahkan PPN didalam pricelist dengan konsekwensi terkesan mahal.

Saya jawab bahwa lebih baik PPN dicantumkan sekalian, karena konsumen manapun tahu bahwa pembelian properti memang menjadi obyek PPN. Mau tidak dicantumkan toh nyatanya juga mesti dibayar oleh konsumen.

Tak perlu kuatir itu akan terlalu membebani konsumen, karena pihak bank bersedia membiayai 80% x (harga + PPN). Artinya PPN diblended jadi satu dengan harga. Catatan; 70% untuk type 70 keatas.

Dalam jual beli properti, konsumen yang akan membeli secara kredit harus membayar 4 hal sebagai berikut;

a. Membayar Uang Muka (20 atau 30% x harga jual)
b. Membayar PPN =10% x harga jual
c. Membayar BPHTB = 5% x (harga jual - 60 juta)
d. Biaya KPR (provisi, administrasi, bea notaris, bea pengikatan, APHT, asuransi jiwa kredit dll)

Banyak konsumen yang tidak paham dan terjebak dengan item b + c + d seperti rincian diatas. Akibatnya ketika aplikasi kredit sudah disetujui, terkadang mereka tak mampu menyediakan alokasi biaya untuk membayar item b + c + d diatas. Mereka pikir, hanya cukup membayar UM saja.

Jadi saran saya, lakukan PRICING STRATEGY (strategi menetukan harga jual) dengan memasukkan PPN kedalam harga jual langsung. Itu wajib dilakukan. Bahkan tak jarang saya juga memasukkan BPHTB kedalam komponen harga, sehingga dalam pricelist yang dirilis keluar, semua sudah blended jadi satu. Dan nanti saat promosi kita bisa beriklan dengan selling point "BEBAS BPHTB".

Kalau untuk biaya KPR, sulit memasukkannya karena terlalu banyak variabel dan tidak fix nilainya. Apalagi untuk sub item asuransi jiwa kredit, terkadang nilai preminya besar sekali jika debiturnya sudah berusia tua.

Kesimpulannya, anda bisa pakai kombinasi (a + b) atau (a + b + c) didalam pricelist. Tapi kalau untuk kombinasi (a + b + c + d) saya tidak menyarankannya (not recommended).

CONTOH PERHITUNGAN

Harga Jual = Rp 100.000.000
PPN 10% = Rp 10.000.000
Harga Jual + PPN = Rp 110.000.000

Harga Jual = Rp 100.000.000
BPHTB = 5% x (Rp. 100.000.000 - Rp. 60.000.000) = Rp 2.000.000
PPN 10% = Rp 10.000.000
Harga Jual + PPN + BPHTB = Rp 112.000.000

APA KRITERIA HOT PROSPEK DI BENAK SALES ANDA?

ESTEBAN VIZCARRA DITAWARKAN 400 JUTA 
KE PSIS SEMARANG


Sekitar tahun 2009 yang lalu, disaat saya masih menjabat sebagai GM PSIS Semarang di kompetisi ISL, suatu ketika saya mengadakan gathering dengan beberapa agen pemain. Saya mengundang mereka ke acara dinner di Citos (Cilandak Town Square) Jakarta. Misi saya adalah berburu pemain asing, yang kebetulan sedang kami butuhkan untuk melanjutkan kompetisi di putaran kedua.

Dalam acara gathering tersebut, ada seorang agen pemain yang menyampaikan informasi kepada saya, bahwa dia baru saja mendatangkan gelandang serang asal Argentina bernama ESTEBAN VIZCARRA. Dia menjelaskan bahwa Vizcarra adalah gelandang muda, energik dan punya naluri mencetak gol layaknya seorang striker.

Vizcarra belum pernah bermain di klub Indonesia. Dan oleh agennya dia akan ditawarkan ke klub Pelita Jaya dan Persija Jakarta. Sang agen berkata ke saya, jika berani membikin deal untuk mengkontrak 400 juta malam itu juga, maka dia persilahkan saya membawa Vizcarra ke Semarang. Tentu saja saya menolak, karena tak mau membeli kucing dalam karung. Pelatih PSIS pasti ingin melihat dulu aksi Vizcarra di lapangan sebelum memutuskan untuk mengontrak atau dipulangkan.

Sang agen mengatakan siap mengirim Vizcarra untuk diuji di Semarang, dengan jadwal setelah Vizcarra mengikuti test di klub Pelita Jaya dan klub Persija terlebih dahulu. Tak lupa sang agen menambahkan, jika harus mengirim Vizcarra ke Semarang, maka penawaran 400 juta tidak berlaku lagi, melainkan akan dilakukan negosiasi lanjutan.

Kisah lanjutannya, Vizcarra saat test ujicoba di klub Pelita Jaya ternyata berhasil memikat hati pelatih Fandi Ahmad dan Manager Rahim Sukasah, dan dikontrak dengan harga 800 juta. Mantap!! Nilainya 2x dari angka yang pernah disodorkan ke saya. Vizcarra tak perlu melakukan test ke klub lainnya, karena dia berhasil mendapatkan klub yang mau menggunakan jasanya sebagai gelandang serang.

Setelah 2 musim bermain di Pelita Jaya, yang saya dengar Vizcarra berpindah ke klub Semen Padang FC dan berhasil mengantar SPFC menjuarai kompetisi IPL, serta melaju ke babak perempat final Piala AFC. Luar biasa, saya akui Vizcarra memang pemain bagus untuk ukuran liga di Indonesia.

Sobat properti, kenapa saya tak mau mengontrak pemain sebagus Esteban Vizcarra dengan harga 400 juta, padahal akhirnya klub Pelita Jaya berani mengontraknya di angka 800 juta? Jawabnya adalah karena saya belum pernah melihat aksi Vizcarra di lapangan. Saya cuma bertemu Vizcarra di meja makan. Saya cuma tahu Vizcarra berpostur ideal dan berwajah lumayan ganteng. Tak mungkin saya mengontrak seorang pemain hanya karena lihat posturnya yang atletis dan wajahnya yang ganteng.

Sobat properti, saya punya sales yang setiap kali ditanya apakah dia memiliki hot prospek yang berpotensi terjadi closing? Dia selalu menjawab ada. Kemudian dia menyebutkan nama prospeknya, menyebutkan asalnya, dan juga type yang diminati.

Ketika saya tanya apakah si prospek sudah pernah survei lokasi? Dijawab belum pernah. Langsung saya katakan bahwa tak ada konsumen yang closing sebelum konsumen survei dulu melihat lokasi. Sebagus apapun brosur kita, semurah apapun harga produk kita, konsumen akan mengambil keputusan setelah melihat lokasi.

Sales tersebut membela diri dengan mengatakan bahwa prospeknya sangat serius, karena sudah telpon-telponan lama sekali dan bertanya banyak hal. Bahkan sudah berencana memberikan order pekerjaan tambah dengan membuat taman di belakang rumah. Saya kembali katakan bahwa mau telpon 15 menit atau bahkan 1 jam bukanlah indikasi bahwa si konsumen mau closing.

Tugas anda cuma 1 hal, yaitu membujuk konsumen datang ke lokasi. Oke?? Lakukanlah hal itu, supaya konsumen segera mengambil keputusan. Karena hanya dengan bermodal brosur atau penawaran melalui email, terkadang visualisasi di benak konsumen belum tentu sama dengan fakta riil di lapangan. Kriteria apakah konsumen tersebut masuk kategori HOT PROSPEK yang siap closing atau prospek biasa saja yang masih butuh waktu melakukan pertimbangan, baru diketahui setelah konsumen survei lokasi.



Selang beberapa hari, si sales yang super optimis tersebut kembali datang melapor kepada saya, bahwa konsumennya sudah datang dari Semarang untuk survei lokasi yang diminatinya di Yogya. Dan setelah lihat sendiri ke lapangan, konsumen belum percaya atau belum berani membayar tanda jadi. Ada 2 alasan, yaitu; progres di lapangan masih sangat rendah (memang lahan tersebut baru selesai pekerjaan penimbunan, belum ada progres infrastruktur lainnya), dan lokasinya tak seperti yang dia bayangkan (di brosur kelihatan dekat dari ring road, tapi nyatanya lokasi di KM 9 ternyata lumayan jauh pencapaiannya). Meskipun demikian konsumen mengaku suka dengan lingkungannya yang tenang dan sejuk, serta aksesnya melewati aspal mulus.

Nah, apa kata saya?? Jangan terlalu mudah memberi label HOT PROSPEK kepada seorang konsumen sebelum konsumen pernah melakukan survei lokasi. Semua informasi awal mengenai product knowledge dan benefit memang menjadi kewajiban seorang sales untuk mentransfernya kepada konsumen. Tapi jangan lupa mengarahkan konsumen untuk survei lokasi, karena setelah tahapan itulah kita baru tahu seberapa besar peluang yang sesungguhnya.

Meski laporannya tidak membuat saya happy, tapi saya berpesan kepada sales untuk tetap menyimpan data prospek, supaya 2-3 bulan mendatang ketika progres fisik di lapangan sudah cukup layak, konsumen yang tadi bisa diajak lagi berkunjung ke lokasi. Siapa tahu nanti 'feel' nya sudah kena dan konsumen bersedia merogoh kocek untuk membayar tanda jadi.

Tak banyak konsumen yang berani membayar tanda jadi ketika anda hanya bermodal brosur (jangan cerita soal Ciputra, itu bukan level anda), apalagi bagi pengembang baru yang belum memiliki kredibilitas serta reputasi yang cukup. Jalan satu-satunya, kebut progres fisik di lapangan (jalan, saluran, taman, rumah contoh dll). supaya secara visual dapat dinikmati oleh konsumen. Cause visual speak louder.

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

ShareThis