BETULKAH MERINTIS BISNIS PROPERTI SEBAGAI PENGEMBANG BENAR-BENAR GAMPANG??? Silahkan simak jawabannya disini : http://bukupengembangproperti.blogspot.com/2012/03/merintis-bisnis-properti-sebagai.html

Cari Artikel Menarik Disini

Rabu, 27 Februari 2013

LAGI PIPIS DAPAT DUIT MILYARAN

LAGI PIPIS DAPAT DUIT MILYARAN
Silaturahmi - Informasi - Opportunity - Rejeki



www.JinProperti­.com - Suatu ketika saya sedang mengajar workshop properti 2 hari di Hotel Oasis Amir Senen Jakarta. Itu sudah hari kedua, dan sedang coffee break. Saya (maaf) sedang buang air kecil di toilet.

Salah seorang peserta workshop kebetulan pada saat bersamaan (sebut saja mister M) juga sedang pipis disamping saya persis. Mendadak dia katakan; "Pak AW, saya siap jadi MPM (mitra pemilik modal) dengan nilai investasi 1 s/d 1,5 milyar. Tolong kalau ada proyek baru saya dikabari."

Wow, luar biasa. Lagi pipis aja ditawari investor dana senilai 1 milyar. Mister M punya inisiatif melakukan itu karena dia sudah kenal dengan saya yang selama 2 hari jadi gurunya mengajar jurus properti. Mister M tahu konsep sinergi antara MPT + MPK + MPM akan menghasilkan kemitraan tripartit dalam mengembangkan sebuah proyek properti.

MPT = Mitra Pemilik Tanah
MPK = Mitra Pemilik Keahlian
MPM = Mitra Pemilik Modal

Sobat properti, banyak yang ragu dengan sharing saya bahwa anda dapat menjadi pengusaha properti hanya dengan modal recehan. Tak perlu punya tanah, tak perlu punya modal besar. Cukup anda miliki keahlian sebagai profesional saja, anda layak memposisikan diri sebagai MPK (mitra pemilik keahlian). Dan goodwill seorang MPK bisa dihargai kisaran 10 s/d 35%.

Bagi seorang MPK junior, anda diberi saham kosong (goodwill) sebesar 10% saja sebenarnya sudah bagus. Yang penting dapatkan kesempatan untuk 'make your first success story' atau mencetak keberhasilan yang pertama kalinya. Maka di kesempatan kedua dan seterusnya, value anda makin meningkat secara progresif.

Sobat properti, menurut pengalaman saya selama ini, SILATURAHMI alias kekuatan jaringan akan membantu kita mendapatkan INFORMASI. Semakin banyak anda punya relasi, makin banyak lalu lintas informasi yang anda peroleh. Dan didalam lalu lintas informasi tersebut, akan muncul OPPORTUNITY. Jika anda mampu mengeksekusi opportunity tersebut dengan baik, maka anda akan mendapatkan REJEKI.

Saya dapat lahan 2 ha di Jepara berkat silaturahmi. Dimana MPT (mitra pemilik tanah)nya adalah teman SMA yang ketemu saat reuni. Saya dapat lahan 2 ha di Bandarlampung berkat silaturahmi, dimana pemilik tanah adalah konsumen (pembeli) produk perumahan saya di Legenda Park Bekasi Timur.

Saya dapat MPM (mitra pemilik modal) juga berkat silaturahmi. Yaitu teman kuliah, teman karaoke, rekanan bisnis, atau peserta workshop properti yang saya adakan.

Lebih mudah orang mempercayakan tanahnya atau modalnya untuk anda kelola, jika sebelumnya sudah terjalin tali silaturahmi antara anda dengan mereka. Karena kemitraan di bisnis properti terkait tanah dan modal yang besar nilainya. Trust dan kepercayaan harus ada.

Jadi, nilai apa yang harus anda bangun? Perbanyaklah SILATURAHMI. Perkuat jaringan relasi anda. Jangan lupa saat berkenalan anda mesti mendeklarasikan­ diri anda sebagai pengusaha properti (meski masih pemula, hehe ..). Bergaulah dengan komunitas-komun­itas pengusaha dan entrepreneur yang ada di kota anda. Social media mungkin sangat membantu anda.

Kesimpulan;

1. Bangunlah tali SILATURAHMI sebanyak-banyak­nya. Disana akan terjadi lalu lintas INFORMASI. Akan muncul OPPORTUNITY. Dan jika kita mampu mengeksekusi dengan baik, ujung-ujungnya kita mendapat REJEKI.

2. Untuk menjadi MPK (mitra pemilik keahlian) yang mampu meyakinkan seorang pemilik tanah atau pemilik modal agar bersedia bermitra dengan anda, maka MPK harus mampu membuat ACTION PLAN atau BUSINESS PLAN yang diajarkan di Workshop Cara Gampang Jadi Pengembang oleh suhu www.JinProperti­.com dari Perguruan Kungfu Properti.

SAYA BELUM PERNAH MENGHAMILI SAPI

SAYA BELUM PERNAH MENGHAMILI SAPI




www.JinProperti.com - Ngopi bareng relasi dan rekan bisnis di sebuah cafe terkadang menjadi sesuatu yang mengasyikkan. Ngobrol sana sini, nyruput kopi panas, sambil memakan camilan yang ada.

Teman saya seseorang yang punya toko tas dan sepatu, bercerita bahwa dia akan diversifikasi usaha dengan membuka peternakan sapi perah di daerah Kaliangkrik Magelang.

Mendadak dia bertanya kepada saya; "Bro, kalau sapi perah supaya bisa diperas susunya apakah harus hamil berkali-kali? Atau cukup hamil sekali dan beranak sekali, lalu bisa diperas susunya terus menerus?".

Waduh, aneh sekali pertanyaannya. Mau jadi pengusaha sapi perah tapi tidak tahu seluk beluk persapian. Saya jawab aja sambil bergurau; "Saya belum pernah menghamili seekor sapi, jadi tidak tahu soal peras memeras susu sapi. Siapa tahu ada varitas sapi khusus yang tak perlu hamil dan beranak, tapi cukup diremas-remas saja sudah bisa keluar susunya, hahaha ..." Kami ketawa ngakak bersama.

"Ada lagi bro. Pastikan sapi yang loe ternak adalah sapi betina. Kalau loe memelihara sapi jantan, sampai sapinya mati kagak pernah keluar susunya, hahahaha ..." Kami ketawa ngakak-ngakak lagi.

Sobat properti, jika anda ingin masuk ke sebuah bisnis, tentu saja anda harus tahu seluk beluk bisnis tersebut secara detail supaya bisa tune in disitu dan tidak melakukan blunder yang membuat modal anda ludes.

Jika anda ingin masuk ke bisnis properti, tentu saja anda harus belajar seluk beluknya. Mulai dari aspek KEuangan, TEknik, Marketing, Umum, periJINan (disingkat: KETEMU JIN). Pebisnis properti yang menguasai aspek KETEMU JIN properti niscaya akan lebih mantap mengendalikan kemudi bisnisnya. Jika anda ingin meng-upgrade skill dan pengetahuan anda di bidang properti, bisa mengikuti Workshop KETEMU JIN PROPERTI yang diselenggarakan oleh Perguruan Kungfu Properti.

Salah satu tips dasar dan sangat basic yang diajarkan didalam workshop tersebut adalah mengajarkan apa yang harus anda ketahui jika sudah menemukan atau mendapatkan prospek lahan yang akan dikembangkan menjadi proyek perumahan.

#1. DINAS TATA KOTA

Pergilah ke dinas tata kota pemda setempat, cari info mengenai RUTRK (rencana umum tata ruang kota) untuk lahan tersebut. Pastikan lahan anda masuk zona kuning (perumahan) atau zona coklat (campuran). Jika anda menemukan data bahwa lahan anda berada di zona hijau (penghijauan), maka itu berarti proyek anda tak bisa dieksekusi karena tak sesuai dengan RUTRK. Untuk beberapa pemda tertentu yang sudah melek IT, mereka menampilkan RUTRK nya di web milik pemda setempat yang bisa diakses oleh publik.

Jika anda mendapatkan data bahwa lahan anda masuk zona kuning (perumahan), sekalian saja meminta 'advise planning' atau 'fatwa planologi' yang berisi ketentuan tentang; prosentase lahan efektif yang diijinkan, prosentase KDB (koefisien dasar bangunan) yang diijinkan, ketinggian maksimal yang diijinkan, GSB (garis sempadan bangunan), GSS (garis sempadan sungai) dll.

#2. KANTOR PERTANAHAN

Jika lahan anda masuk di zona kuning (perumahan) atau coklat (campuran), anda bisa melanjutkan tahapan selanjutnya.

Bukalah buku sertipikat halaman belakang, tengoklah apa status lahan tersebut? Jika tertulis 'pekarangan' atau 'tanah kering', maka anda tak perlu melakukan apapun terkait perubahan status lahan. Akan tetapi jika masih tertulis 'sawah', maka anda harus mengajukan perubahan peruntukan dari pertanian menjadi non pertanian.

Di beberapa daerah, proses perubahan dari sawah (pertanian) menjadi pekarangan (non pertanian) disebut dengan proses PENGERINGAN. Kalau di DIY, proses ini disebut sebagai IPT (Ijin Pemanfaatan Tanah). Untuk proses ini, anda bisa lakukan sendiri dengan menghubungi bagian Aspek TGT (Tata Guna Tanah) di kantor pertanahan setempat. Bisa juga memakai jasa notaris.

Ada sejumlah biaya dan persyaratan yang harus ditempuh, yang besarnya bervariasi. Umumnya memakan waktu 2 - 3 bulan. Karena melibatkan beberapa dinas (instansi), dan melalui beberapa kali rapat dan sidang ekspose. Menurut pengalaman saya selama ini (Jateng - DIY - Jabar), biaya pengeringan untuk lahan dibawah 1 ha, kisaran Rp 60.000.000,-

Untuk mendapatkan pembelajaran materi lainnya, silahkan ikuti Workshop KETEMU JIN PROPERTI atau CARA GAMPANG JADI PENGEMBANG terdekat yang diselenggarakan oleh Perguruan Kungfu Properti.

Senin, 25 Februari 2013

DEMI SEPIRING NASI UDUK

DEMI SEPIRING NASI UDUK
Menetralisir Kelemahan Dengan Menciptakan Benefit





www.JinProperti.com - Suatu ketika di sebuah periode long week end, saya kesulitan mendapatkan hotel di kota Yogya. Bersyukur akhirnya mendapatkan kamar di sebuah hotel kecil yang letaknya masuk dalam ke sebuah gang di daerah Gejayan.

Kamar ukuran 3x3 ditambah KM/WC, semua perabot dari kayu model lama, dan TV kecil 14 inchi yang gambarnya buram. AC nya berwarna kusam, tapi udaranya masih dingin. Tarifnya Rp 220.000,- per malam. Hmm, mahal sekali, begitu saya berpikir. Karena saya pernah menginap kamar hotel bertarif Rp 270.000,- per malam sudah bagus sekali.

Yang menyebalkan, tak ada stop kontak sama sekali. Satu-satunya stop kontak yang ada terpakai untuk TV. Jadi ketika saya mau mengisi baterai HP, terpaksa TV saya matikan.

Ini hotel payah sekali. Rasanya tak mungkin saya mau balik lagi kesini suatu saat nanti. Lebih baik tidur di SPBU, kata saya didalam hati.

Esok paginya, saya menikmati sarapan di hotel itu. Wow, menunya asyik. Teh kopi pasti tersedia. Ada bubur kacang hijau dan santan yang panas dan enak. Yang istimewa, ada hidangan nasi uduk super gurih dengan lauk-pauk lengkap mengundang selera. Ada kering tempe, abon, telur, daging cacah, ayam goreng, perkedel, krupuk udang. Semuanya maknyus. Sarapan yang luar biasa lezat dan maknyus.

Saya jadi lupa dengan keluhan semalam tentang hotel itu. Hal-hal yang kurang mengesankan didalam kamar terhapus dengan sarapan paginya yang enak dan mengenyangkan perut. Nadar saya tak mau kembali ke hotel itu sepertinya saya ralat. Penilaian bahwa hotel itu payah, berubah menjadi lumayan. Masih mau deh kembali ke hotel itu suatu saat nanti demi sepiring nasi uduknya yang lezat.

Sobat properti, sebuah kekurangan atau nilai negatif (handicap) di proyek properti yang kita kembangkan bukanlah alasan untuk tidak mampu bersaing. Karena sebuah kekurangan di satu aspek, akan bisa dinetralisir dengan menyodorkan keunggulan dan benefit di aspek lainnya. Jika semua yang kita berikan terasa kurang di mata konsumen, maka mereka akan pergi dan berpaling. Tapi jika diantara beberapa kekurangan ternyata kita masih memiliki kelebihan yang memberikan benefit kepada konsumen, maka di mata konsumen kita masih memiliki value positif.

Mungkin proyek anda dekat kuburan, mungkin dekat SUTET (jaringan tegangan tinggi), mungkin dekat TPS (tempat pembuangan sampah), mungkin jalan masuknya sempit. Itu semua memberikan nilai negatif di benak konsumen. Kondisi eksisting yang ada dan sulit diubah karena diluar kemampuan kita, bukan berarti harus membuat kita menyerah.

Ciptakanlah keunggulan. Berikan benefit. Buatlah konsumen lupa atau tak lagi memperhitungkan hal-hal yang negatif.

Jika konsumen punya rumah dekat kuburan, tapi batas antara kuburan dan lahan perumahan sudah dibatasi pagar tinggi, dan didalam komplek perumahan anda dibangun sekolah internasional, saya yakin konsumen mengabaikan kuburan dan lebih berpikir dari sisi manfaat bahwa anak mereka bisa bersekolah dan mendapatkan mutu pendidikan yang tinggi.

Jika di proyek anda dilintasi jaringan SUTET yang mengandung radiasi, tapi anda tidak membangun rumah-rumah dibawah SUTET, dan justru membangun berbagai fasilitas umum dibawah SUTET, misal; lapangan futsal, lapangan volley, playground, dll, maka saya yakin konsumen akan lupa bahwa diatasnya ada kabel tegangan tinggi, dan lebih memandang area itu sebagai fasilitas yang bisa dinikmati.

Jika lokasi perumahan anda agak ditepi kota dan jauh dari keramaian, buatlah pangkalan ojek dan fasilitasi para pengojek supaya bersedia mangkal disitu dengan subsidi dari pengembang, sehingga warga atau penghuni tak merasa kesulitan dalam hal transportasi. Bukalah beberapa warung kelontong dengan menyediakan barang-barang kebutuhan pokok sehingga warga tak merasa kesulitan belanja kebutuhan sehari-hari.

Kesimpulannya; semua hal yang minus dan negatif di proyek kita tak harus disikapi dengan sikap pasrah dan menjual alasan jika tak mau memasarkannya. Tapi bagaimana kita mengatasi itu dengan menciptakan benefit yang dirasakan manfaatnya oleh konsumen.

Seperti kisah saya diatas yang merasa tak nyaman dengan kamar hotel, tapi menjadi netral dengan hidangan sarapan nasi uduknya yang lezat.

Selasa, 19 Februari 2013

MURID PALING CENTIL DI KELAS

MURID PALING CENTIL DI KELAS



www.JinProperti.com - Tanpa sengaja, saat sedang pijat refleksi disebuah tempat di kota Semarang, saya bertemu dengan guru SD saya dulu, yang bersebelahan dengan saya di kursi pijat. Tentu saja beliau sudah tua (diatas 60 tahun) dan sudah pensiun mengajar. Katanya kegiatannya sekarang beternak ayam.

Saat saya memperkenalkan diri sebagai muridnya 30 tahun yang lalu di SD Srondol Wetan Banyumanik Semarang dan bernama Ari Wibowo, apa jawaban beliau? "Ahaiii, ini Ari yang jago matematika itu ya? Yang nilai matematiknya selalu 9." Tuing tuingg ..., kepala saya langsung membesar dipuji demikian. Gila, beliau masih ingat saya.

Kemudian beliau menanyakan bagaimana kabar Hesti? Wah, itu nama cewek paling cantik dan centil di kelas. Juga kabar si Dayat, murid berkulit hitam paling bengal dan suka berantem di kelas, yang tak naik kelas karena bolos saat ulangan umum. Tentu saja saya tak mampu menjawab pertanyaan tersebut karena memang tidak tahu jejak kedua teman tadi.

Sobat properti, apa yang menarik dari pembicaraan dengan guru SD saya diatas? Yaitu pak guru yang sekian puluh tahun mengajar dan punya ribuan murid, ternyata masih mampu mengingat beberapa nama muridnya. Dan yang diingat adalah beberapa murid yang punya predikat 'paling' di hal-hal tertentu.

Saya diingat karena paling jago dalam pelajaran matematika. Hesti diingat karena paling centil di kelas. Dayat diingat karena paling bengal di kelas. Murid-murid lain yang tak punya predikat 'paling ....' mungkin pak guru lupa namanya. Yang biasa dan datar tanpa ada sesuatu hal yang menarik dan menonjol, cenderung tidak diingat.

Sobat properti, dalam teori marketing dikenal istilah DIFFERENSIASI. Ini adalah salah satu cara menciptakan keunggulan kompetitif atas pesaing anda. Caranya adalah dengan menciptakan perbedaan. Bukan sekedar perbedaan, tetapi perbedaan yang mengandung benefit, alias manfaat yang bisa dinikmati konsumen.

Dan kalau anda bermaksud menciptakan 'perbedaan', lakukanlah secara ektrem dan benar-benar beda, supaya diingat oleh konsumen. Supaya produk yang kita pasarkan masuk di benak konsumen karena memberikan benefit yang berbeda dibanding pesaing lainnya.

Makin ekstrem bedanya, makin diingat konsumen. Makin besar benefitnya, makin nyangkut di benak konsumen. Makin besar peluangnya produk anda dibeli oleh konsumen.

Misal; pesaing membangun perumahan dengan lebar jalan kisaran 6 s/d 8 meter, anda membuat jalan lebar 10 m.

Misal; pesaing memberi subsidi KPR selama 6 bulan, anda memberi subsidi KPR selama 24 bulan.

Misal; pesaing menawarkan uang muka 20% kepada konsumen, anda menawarkan program DP 0% kepada konsumen.

Ingat ya, ciptakan differensiasi, berikan perbedaan, tapi perbedaan yang memberi manfaat kepada konsumen. Anda pasti memilih diingat pak guru karena jago matematika seperti saya, atau karena cantik jelita seperti Hesti. Bukan diingat pak guru karena bengal dan pernah tak naik kelas seperti Dayat. Sama-sama ekstrem dan punya predikat 'paling ....'. Tapi value positif tentu saja lebih pantas dikedepankan sebagai keunggulan kompetitif.

PENGIN PUNYA RUMAH DEKAT KANDANG AYAM? PING!!! ME

PENGIN PUNYA RUMAH DEKAT KANDANG AYAM? PING!!! ME




www.JinProperti.com - Seorang teman tak percaya ketika saya kasih kabar bahwa kami menjual 140 unit rumah murah dalam waktu hanya 2 bulan saja. Padahal proyek RSH (rumah sederhana sehat) KAMPOENG PELANGI yang kami pasarkan terletak di kecamatan kecil bernama Kalinyamatan yang masih 30 menit dari pusat kota Jepara.

Teman tadi bertanya, apa rahasia atau resep dari suksesnya penjualan Kampoeng Pelangi, saya jawab seperti ini;

#1. PEROLEHAN LAHAN MURAH


Dengan harga lahan yang hanya Rp 55.000/m2, maka kami bisa menerapkan strategi COST LEADERSHIP yang menciptakan keunggulan kompetitif terhadap pesaing. Cost Leadership adalah menjual produk dengan harga lebih murah dibanding kompetitor, akan tetapi dengan level benefit yang sama atau justru lebih baik.

Kompetitor terdekat menjual di harga Rp 78 juta, dan kami hanya memasarkan di harga Rp 73 juta saja. Ingat, di segmen kelas bawah seperti itu, selisih harga sekedar Rp 5 juta saja sudah sensitif dalam mempengaruhi keputusan konsumen.

#2. ADA DEMAND TAK ADA SUPLY

Hasil survei kami, di kota kecamatan tersebut dalam 5 tahun terakhir tak ada satu pengembangpun yang memasarkan produk rumah murah. Padahal dimanapun juga kami meyakini kebutuhan papan adalah riil dan selalu ada tiap tahun. Meski itu kecamatan kecil, kami yakin demand (permintaan) pasti ada. Jika selama 5 tahun tak ada suply, pastilah produk yang dilempar akan diserap oleh pasar. Dan itu benar-benar terjadi.

#3. KEBUTUHAN LEBIH PENTING DARIPADA HARAPAN

Saat perijinan untuk proyek ini sudah terbit, investor yang saya gandeng mundur dengan alasan tepat disamping proyek pada saat bersamaan sedang dibangun kandang ayam oleh tokoh masyarakat setempat. Dikuatirkan bau dan polusi udara akan membuat calon konsumen alergi.

Saya tidak bergeming, dan menggandeng investor baru untuk masuk yang tidak takut dengan kandang ayam. Alasannya? Karena saya tahu teori tentang 'KEBUTUHAN - KEINGINAN - HARAPAN'. Kebutuhan memiliki hirarki paling tinggi, disusul Keinginan, dan paling akhir adalah Harapan. Tak ada yang berharap punya rumah didekat kandang ayam. Tapi kalau kemampuan seseorang sangat pas-pasan, dan dia butuh rumah, maka Kebutuhan akan lebih dominan daripada sekedar Harapan. Punya rumah dekat kandang ayam atau tak punya rumah? Pasti mereka memilih punya rumah meski terletak dekat kandang ayam.

#4. BERIKAN PERBEDAAN

Jika kami berpikir membangun rumah sebelah kandang ayam adalah sebuah minus point, maka kami yakin bahwa sebuah DIFFERENSIASI alias perbedaan akan membuat nilai minus menjadi netral alias tak dipandang lagi oleh konsumen. Kami memberikan perbedaan yang bukan sekedar beda, tapi memberikan benefit (manfaat) kepada konsumen.

Kami berikan jalan yang lebar 7 atau 8 meter, dengan paving yang mulus dan rapi. Gerbang masuk juga dibuat bagus dengan taman asri di kanan kiri. Desain bangunan juga minimalis modern yang cantik dan berwarna warni. Bahkan kusen alumunium menambah value rumah murah yang kami pasarkan karena seakan-akan sekelas real estate.

Nah, semua differensiasi tersebut menjadi plus point yang membuat orang tak peduli bahwa sewaktu waktu ada bau kotoran ayam yang menyengat hidung mereka. Tanpa anda ciptakan differensiasi yang mengandung benefit, konsumen akan terus mengingat segala hal yang jelek (minus point) tentang proyek anda. Tapi kalau anda berikan benefit, konsumen dibuat lupa.

Sobat properti, sekian dan demikian saya berbagi cerita tentang menjual rumah 140 unit (dari jumlah total 152 unit) dalam waktu 2 bulan. Semoga bisa menjadi inspirasi buat anda yang membacanya.

Pengin punya rumah dekat kandang ayam? PING!!! me.

Senin, 04 Februari 2013

SAYA INI PARANOID

SAYA INI PARANOID

www.JinProperti.com - Duluuuuuu sekali di tahun 1995, saat naik pesawat adalah barang mahal, saat gaji masih kecil, saat saya masih kerja setahun di Pulau Batam, saya pernah pulang dari Batam naik kapal milik Pelni. Start dari pelabuhan Sekupang Batam dan tujuan akhir adalah di pelabuhan Tanjung Priok Jakarta.



Satu hal menarik yg saya ingat saat itu adalah bahwa saya membawa 2 tas. Satu tas besar berisi baju-baju, dan satu tas lagi adalah ransel berisi perlengkapan darurat. Jangan ketawa ya, saya ini paranoid. Saking takutnya kalau-kalau kapal tenggelam, saya membawa satu tas ransel khusus berisi beberapa bungkus mie instan, tempat minum berisi air putih (waktu itu belum ada air mineral kemasan), dan beberapa bungkus roti pisang keju.

Bayangan saya, andai terjadi musibah kapal tenggelam, saya akan mencari pelampung lalu melompat ke air laut dengan membawa ransel tadi. Setidaknya saya akan mampu survive di laut selama beberapa hari asal tidak dimakan ikan, hehe ....

Sobat properti, bersikap paranoid itu terkadang mungkin dianggap lebay. Terlalu berlebihan. Seperti kisah saya naik kapal membawa ransel diatas. Tapi sebuah pelajaran penting pernah saya hadapi terkait dengan hubungan saya selaku MPK (Mitra Pemilik Keahlian) dengan seseorang yang memposisikan diri sebagai MPM (Mitra Pemilik Modal).

MPM tersebut sudah setuju menjadi investor sebuah proyek yang saya kelola seluas 3 ha di sebuah kota di Jawa Tengah, dengan potensi laba 9 milyar, dimana MPM saya janjikan profit sharing 35%, asalkan bersedia menanamkan modalnya sebesar 1,5 milyar.

Tentu saja saat presentasi kepada MPM saya menyiapkan ACTION PLAN yang menjelaskan detail berapa omset, berapa budget biaya, berapa kebutuhan modal, berapa lama umur proyek, dan berapa potensi labanya. Tentu saja dilengkapi dengan proyeksi cash flow bulanan.

Dalam kasus tersebut, didalam proyeksi cash flow dijelaskan detail bahwa modal 1,5 milyar akan disetorkan MPM secara bertahap sebesar 300 juta selama 5 bulan berturut-turut.

Setoran ke 1 s/d ke 3 berjalan lancar. Pada saat setoran bulan ke 4, MPM ternyata megap-megap tak mampu menyetorkan modalnya. Saya kelimpungan. Proyek sedang berjalan kencang-kencangnya malah amunisinya tidak ada akibat MPM gagal menjalankan kewajibannya. Saya jatuh bangun dan babak belur menghadapi tagihan kontraktor serta kebutuhan operasional. Harus memberikan talangan pribadi dulu supaya proyek tidak macet.

Kondisi itu berlangsung sampai pertengahan bulan ke 5. MPM benar-benar membuat saya yang mengelola proyek kelimpungan. Sampai kemudian MPM datang lagi di pertengahan bulan ke 5 menyetorkan modal 300 juta lagi sehingga total setorannya menjadi 1,2 milyar. MPM mengatakan itu setoran modal terakhir yang sanggup dia jalankan. Kekurangan 300 juta lagi tak sanggup dia penuhi dan MPM meminta dicarikan MPM bayangan dengan diberikan profit sharing yang dipotongkan dari haknya.

Akhirnya saya carikan lagi modal 300 juta dari MPM bayangan, dengan menjanjikan profit sharing 7,5% yang saya potongkan dari hak MPM pertama, sehingga sisa hak MPM pertama tinggal 27,5% saja.

Pelajaran apa yang bisa dipetik dari kasus diatas?? Jangan percaya 100% kepada MPM. Karena bisa saja terjadi didalam perjalanan proyek ternyata MPM kesulitan menyetor modal. Bukan karena MPM tak punya duit, tapi mungkin karena duitnya dipakai untuk keperluan lain.

Jadi solusinya?? Setoran modal MPM jangan dicicil atau diangsur, tapi harus disetorkan dimuka supaya ada jaminan bahwa setoran modal terpenuhi. Jangan takut membuat MPM tersinggung karena seakan kita tidak percaya kepadanya. Tapi jelaskan bahwa sikap paranoid kita ini semata-mata demi kelancaran proyek.

Modal yang sudah tersedia di saldo kasbank akan membuat kita lebih save dan nyaman menjalankan proyek. Sediakan payung sebelum hujan. Bawalah mie instan dan air minum sebelum kapal tenggelam, hahaha ...
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

ShareThis