BETULKAH MERINTIS BISNIS PROPERTI SEBAGAI PENGEMBANG BENAR-BENAR GAMPANG??? Silahkan simak jawabannya disini : http://bukupengembangproperti.blogspot.com/2012/03/merintis-bisnis-properti-sebagai.html

Cari Artikel Menarik Disini

Selasa, 19 Juni 2012

GETUK KETHEK NGETOP DI USA

GETUK KETHEK NGETOP DI USA 
Menentukan Nama Brand

AriWibowoJinPoperti.blogspot.com - Makanan olahan dari bahan dasar singkong ada banyak macam. Umumnya berumur 3-4 hari. Nah, di distrik USA (Ungaran, Salatiga, Ambarawa) saat ini lagi ngetop yang namanya Getuk Kethek. Ini getuk dengan resep basic dan tradisional yang umurnya hanya 6 jam saja. Tak pakai pengawet, dan salah satu bahan dasarnya parutan kelapa yang cepat basi.

Getuk adalah makanan tradisional asal Jawa, terbuat dari singkong yang ditumbuk, lalu diramu dengan parutan kelapa dan gula. Warnanya putih singkong. Dicetak bentuk balok kecil-kecil. Satu doos isi 20 balok dijual harga Rp 9.000. Rasanya gurih manis, dijamin enak buat teman ngopi.

Yang bikin saya penasaran adalah kenapa namanya Getuk Kethek? Karena kethek itu artinya monyet alias kera. Padahal getuk adalah makanan manusia, bukan makanan monyet. Usut punya usut, rupanya getuk itu diproduksi di sebuah gang kecil di kota Salatiga, tepatnya dekat pertigaan ABC. Mereka sekedar jual getuk tradisional saja, tanpa bahan pengawet. Penjualan cuma jam 9 s/d 11 pagi, lalu dilanjut jam 15 s/d 17 sore. Diluar jam itu tak melayani penjualan. Sebenarnya mula-mula getuk itu dijual tanpa merk. Tapi orang-orang pasti perlu identitas untuk penamaan. Kebetulan si penjual getuk itu didepan warungnya memelihara monyet (kethek) yang dirantai di rumah-rumahan diatas pohon. Jadilah akhirnya orang menyebut nama Getuk Kethek.

Lambat laun nama getuk kethek makin ngetop di USA (Ungaran Salatiga Ambarawa) seiring dengan citarasanya yang disukai orang. Keunggulannya adalah 'kembali ke selera asal'. Tanpa zat pewarna, tanpa zat pengawet. Itu differensiasi yang sekaligus menjadi positioning getuk kethek di benak konsumen.
Saat pemilik mulai sadar kebutuhan penamaan atas getuknya, dia memberi nama Getuk Satu Rasa. Bahkan doosnya pun diberi merk Getuk Satu Rasa, tapi tetap saja orang dari mulut ke mulut terlanjur menyebutnya sebagai getuk kethek.

Sobat properti, kata Shakespeare; Apalah arti sebuah nama? Meski guru SD saya mengatakan bahwa nama adalah bunyi terindah bagi pemiliknya.

Jika anda tidak menamai produk anda, maka orang lain yang akan memberikan nama. Masih syukur kalau nama yang diberikan bagus. Kalau namanya jelek? Bisa-bisa pemiliknya senewen.
Saya sekarang dapat julukan sebagai JIN PROPERTI juga secara kebetulan dan itu pemberian julukan dari orang lain, bukan inisiatif saya. Karena sejarahnya dulu saya mengajar paket workshop dengan modul bernama KETEMU JIN PROPERTI.

Maksudnya adalah;
KEuangan
TEknik
Marketing
Umum
periJINan
PROPERTI

Nah, orang yang tidak paham bahwa itu adalah akronim, sering menelan secara harfiah bahwa workshopnya adalah ketemu JIN PROPERTI, dan yang jadi jin itu adalah saya sendiri. Wagu tenan ya? Saya lebih senang disebut mirip Sammy Simorangkir (Kerispatih) ketimbang disebut mirip jin yang bisa dimasukkan ke botol. Tapi siapa bisa memilih? Hahaha ...

Sobat properti, memberi nama untuk produk properti kita bukan hal mudah. Itu nampak sederhana, tapi sebenarnya sebuah BRAND NAME memberi kontribusi signifikan terhadap kesuksesan pemasaran produk. Menurut saya pribadi, pemberian nama (brand) harus memenuhi 4 kaidah sebagai berikut;

1. Unique (unik)
2. Easy spelling (mudah dieja)
3. Easy listening (mudah didengar)
4. Good meaning (punya arti positif)


Saat saya memberi nama GODHA INN sebagai brand komersil untuk guest house yang saya kembangkan dan saya pasarkan di Yogya, terus terang saja saya memakai pendekatan atas 4 kaidah tersebut. Saya menghindari vokal E karena vokal E sering dieja berbeda oleh banyak orang. Orang Batak dan orang Jawa bisa mengeja berbeda untuk vokal E.

GODHA INN artinya penginapan Godha. Jika dilafal dengan cepat akan berbunyi 'Godain'. Tapi gak pakai kata 'dong' alias 'Godain dong'. Saya memang tak mau pakai kata hotel karena menimbulkan level ekspektasi yang ketinggian di benak konsumen. Jika pakai nama 'guest house', saya kuatir banyak lidah yang terkilir karena susah ejaannya. Kalau kata INN, dijamin tak ada lidah yang keseleo karena keseleo lidah susah mencari tukang pijitnya.

GODHA INN gampang dieja, enak didengar. Juga unik karena konotasinya mirip kata 'godain' dalam bahasa Indonesia. Tapi huruf H dibelakang huruf D membuat kesan mirip bahasa Sansekerta. Padahal gak nyambung sama sekali kesana.

Maknanya juga bagus. GODHA adalah kepanjangan dari 'GOD Help Ari'. Jadi maknanya sangat dalam, bahwa Tuhan menolong Ari dalam mengelola bisnis guest house ini.

Wow, bagaimana dengan anda? Apakah anda menamai produk anda dengan brand kreasi anda atau membiarkan pihak lain menamainya sendiri sesuai selera mereka?
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

ShareThis